Minggu, 12 Juni 2016

KELEBIHAN BULAN SUCI RAMADHAN

Assalamualaikum Wr.Wb
para sahabat pembaca setia kali ini ane akan menjelaskan beberapa kelebihan bulan suci ramadhan.Ada banyak sekali kelebihan bulan suci ramadhan ,untuk itu silahkan di simak.

a) Ramadhan adalah penghapus dosa

Sabda Rasulullah s.a.w. melalui hadis yang disampaikan oleh Abu Hurairah r.a.;
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ، إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

“Solat lima waktu, jumaat ke jumaat dan ramadhan ke ramadhan merupakan penghapus dosa di antaranya selama mana dijauhi dosa besar”. (Riwayat Imam Muslim)

b) Pada bulan Ramadhan dibuka pintu syurga, ditutup pintu neraka dan dirantai syaitan-syaitan

Sabda Rasulullah s.a.w;
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيلَةٍ من شَهرِ رَمضَانَ صُفَّدتِ الشَّياطينِ ومَردَةُ الجنِّ وغُلِّقتْ أَبوابُ النِيرانِ فلَمْ يُفتَحْ منها بابٌ وفُتِّحتْ أَبوابُ الجنَّةِ فلَمْ يُغلَقْ منها بابٌ ويُنَادِي مُنَادٍ يا بَاغِيَ الخيرِ أَقبِلْ ويا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقصِرْ. ولله عُتَقَاءٌ من النَّارِ وذَلكَ كُلَّ لَيلَةِ

“Apabila tiba malam pertama Ramadhan akan diikat/dirantai segala syaitan dan jin-jin yang sesat, ditutup segala pintu neraka hingga tidak ada satu pintu pun yang dibuka, dibuka segala pintu syurga hingga tidak ada satu pintupun yang ditutup. Seorang penyeru (yakni Malaikat) akan berseru; “Wahai orang yang mengejar kebaikan! Tampillah kamu. Wahai orang yang ingin melakukan kejahatan! Undurlah kamu (yakni berhentilah dari melakukan kejahatan)”. Akan terdapat orang-orang yang bakal dibebaskan Allah dari api neraka. Hal demikian itu berlaku pada setiap malam (di sepanjang Ramadhan)”. (Riwayat Imam at-Tirmizi, Baihaqi dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah r.a.)

c) Lima anugerah khusus Allah untuk umat Muhammad di bulan Ramadhan


Sabda Rasulullah s.a.w.;
أُعْطِيَتْ أُمَّتِيْ فِي شَهْرِ رَمَضَاْنَ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌّ قَبْلِيْ: أَمَّا الوَاْحِدَةُ فَإِنَّهُ إِذَا كَاْنَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَاْنَ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِمْ وَمَنْ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا، وَأَمَّا الثَّانِيَةُ: فَإِنَّ خُلُوْفُ أَفْوَاْهُهُمْ حِيْنَ يُمْسُوْنَ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ، وَأَمَّا الثَّاْلِثَةُ: فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَسْتَغْفِرُ لَهُمْ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، وَأَمَّا الرَّاْبِعَةُ: فَإِنَّ اللهَ تعالى يَأْمُرُ جَنَّتَهُ فَيَقُوْلُ لَهَا: اِسْتَعِدِّيْ وَتَزَيَّنِيْ لِعِبَاْدِيْ أَوْشَكَ أَنْ يَسْتَرِيْحُوْا مِنْ تَعَبِ الدُّنْيَا إِلَى دَاْرِي وَكَرَامَتِيْ، وَأَمَّا الْخَاْمِسَةُ: فَإِنَّهُ إِذَا كَاْنَ آخِرُ لَيْلَةٍ غَفَرَ اللهُ لَهُمْ جَمِيْعًا، فَقَاْلَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: أَهِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ؟ قَالَ: لاَ أَلَمْ تَرَ إِلَى الْعُمَّالِ يَعْمَلُوْنَ فَإِذَا فَرِغُوْا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وُفُّوْا أُجُوْرَهُمْ.

“Telah diberikan kepada umatku di bulan Ramadhan lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku, yaitu;
Di permulaan Ramadhan Allah akan melihat kepada umatku. Sesiapa Allah melihat kepadanya nescaya ia tidak akan diazab selama-lamanya.
Bau mulut mereka (yang berpuasa) ketika petang hari lebih wangi di sisi Allah dari bau kasturi.

Malaikat akan memohon ampun untuk mereka di sepanjang hari dan malam.
Allah menyuruh syurga supaya bersiap-sedia dengan berkata kepadanya; “Bersiaplah kamu dan berhiaslah untuk hamba-hambaKu. Mereka hampir datang (memasukimu) untuk beristirehat dari kepayahan dunia menuju ke rumahKu dan kemuliaanKu”.
Pada akhir malam bulan Ramadhan, Allah mengampuni dosa semua mereka. Seorang lelaki dari sahabat bertanya; ‘Adakah malam itu lailatul Qadar?’. Jawab Rasulullah; ‘Tidak. Apakah engkau tidak melihat kepada pekerja-pekerja yang bekerja. Apabila mereka telah selesai dari pekerjaan mereka, akan disempurnakanlah upah-upah bagi mereka”.
(Riwayat Imam Ahmad, al-Bazzar dan al-Baihaqi dari Jabir r.a.)

d) Malam al-Qadar

Antara kelebihan besar bulan Ramadhan ialah di dalamnya terdapat lalilatul-Qadar atau malam al-Qadar (kemuliaan) yang dinyatakan keistimewaannya secara khusus oleh Allah dalam surah al-Qadr;
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ، سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam al-Qadar (kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam al-Qadar itu? Malam al-Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (al-Qadr: 1-5)
Walaupun surah di atas tidak menjelaskan bilakah akan munculnya malam al-Qadar?, namun jawapan bagi persoalan ini dijelaskan oleh Nabi s.a.w. dalam sabdanya;
تحرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاْخِرِ مِنْ رَمَضَاْنَ

“Carilah lailatul-Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan”. (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Saidatina Aisyah r.a.)
Begitulah antara kelebihan dan keistimewaan bulan Ramadhan. Orang yang tahu menilainya sudah pasti tidak akan mensia-siakan peluang untuk merebut kelebihan-kelebihan tersebut. Bahkan Rasulullah sendiri pernah menegaskan;
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي هَذَا الشَّهْرِ مِنَ الْخَيْرَاْتِ لَتَمَنَّوْا أَنْ يَكُوْنَ رَمَضَاْنُ اَلسَّنَةَ كُلَّهَا

“Sekiranya manusia benar-benar menyedari kebaikan-kebaikan yang ada di bulan Ramadhan ini, pastinya mereka akan mengharapkan supaya sepanjang tahun adalah Ramadhan”. (Riwayat Ibnu Abi Dunya)


itulah beberapa kelebiha-kelebihan di bulan ramadhan,untuk itu marilah kita sama-sama/berlomba-l8mba menyambut bulan yang suci ini.Semoga kita termasuk orang-orang yang  di rahmati allah.amin 

rasidakhumairasari123@gmail.com

Sabtu, 11 Juni 2016

MANDI JUNUB SETELAH MASUK WAKTU SUBUH,?,APAKAHKPUASA KITA SYAH ATAU BATAL?



 Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
k. Jika malam hari terasa dingin, maka tentu saja berat untuk mandi di malam hari. Biasanya pasangan tadi menundanya hingga ingin melaksanakan shalat shubuh. Ketika mereka ingin shalat shubuh, barulah mereka mandi junub. Padahal kita tahu bersama bahwa waktu menahan diri dari berbagai pembatal adalah mulai dari terbit fajar shubuh hingga terbenamnya matahari sebagaimana keterangan . Masalahnya apakah puasa tetap sah atau batal jika baru mandi setelah masuk Shubuh? Artinya ia masuk Shubuh, masih dalam keadaan junub.
ita ketahui bersama bahwa di siang hari ketika berpuasa, suami istri dilarang berhubungan badan. Kesempatan yang ada hanya di malam hari. Jika di malam hari berhubungan, tentu saja ada kewajiban untuk mandi junub terserah ketika itu keluar mani ataukah tidak. Ketika kemaluan si pria telah masuk pada kemaluan si wanita, maka tetap mandi wajib sebagaimana pernah kami jelaskan

Sebagai jawaban cukup kita melihat dalil-dalil berikut.

Allah Ta’ala berfirman,
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالْآَنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al Baqarah: 187). Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah masih membolehkan berhubungan badan antara suami istri sampai terbit fajar Shubuh. Walaupun ketika masuk Shubuh, masih dalam keadaan junub, ia tetap boleh berpuasa ketika itu. Yang penting, ia berhenti berhubungan badan sebelum masuk waktu Shubuh.[1]

Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhuma, mereka berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ أَهْلِهِ ، ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُومُ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendapati waktu fajar (waktu Shubuh) dalam keadaan junub karena bersetubuh dengan istrinya, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dan tetap berpuasa.”[2]

Istri tercinta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
قَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ فِى رَمَضَانَ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ غَيْرِ حُلُمٍ فَيَغْتَسِلُ وَيَصُومُ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjumpai waktu fajar di bulan Ramadhan dalam keadaan junub bukan karena mimpi basah, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dan tetap berpuasa.”[3]

Al Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dua faedah. Pertama, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyetubuhi istrinya di bulan Ramadhan (di malam hari, saat tidak puasa, pen), lantas beliau menunda mandinya hingga setelah terbit fajar. Ini menunjukkan bolehnya menunda mandi junub seperti itu. Kedua, beliau dalam keadaan junub karena jima’ (berhubungan badan dengan istrinya). Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah ihtilam (mimpi basah). Mimpi basah hanyalah dari setan, sedangkan beliau sendiri adalah orang yang ma’shum (terjaga dari kesalahan).”[4]

An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang berhubungan dengan istrinya sebelum Shubuh dan ketika masuk Shubuh, ia masih dalam keadaan junub, maka ia masih boleh melakukan puasa. Karena Allah ‘azza wa jalla mengizinkan mubasyaroh (mencumbu istri) hingga terbit fajar, lalu perintahkan untuk berpuasa, maka ini menunjukkan bahwa boleh saja seseorang yang hendak berpuasa masuk shubuh dalam keadaan junub.”[5]

Dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah disebutkan, “Puasa tetap sah apabila seseorang menemui waktu Shubuh dalam keadaan junub dan belum mandi.”[6]

Jika sudah diketahui bahwa apabila seseorang masuk waktu Shubuh dalam keadaan junub, puasanya tetap sah,  ada suatu catatan yang perlu diperhatikan. Orang tersebut tentulah harus menyegerakan mandi. Terutama untuk laki-laki, ia harus menyegerakan mandi junub agar bisa ikut shalat Shubuh jama’ah di masjid karena memang laki-laki wajib untuk berjama’ah . Sedangkan wanita, ia boleh menunda mandinya, asalkan ia tetap shalat Shubuh sebelum matahari terbit. Demikian penjelasan dari Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah .
ridaaira sari blogsport.com